Benarkah perangkat elektronik bisa berimbas pada perkembangan anak?
Sebuah studi mengatakan, jumlah penggunaan dan jenis perangkat
elektronik mempengaruhi performa anak di kelas.
Hasil sebuah survei menunjukkan, sebanyak 71 persen guru mengatakan
media elektronik mengurangi perhatian siswa di kelas. Sementara 59
persen guru berpendapat, siswa yang mengakses media entertainmen
mengalami gangguan dalam berkomunikasi langsung. Bahkan 58 persen yakin
bahwa media elektronik berimbas buruk pada kemampuan menulis siswa.
Survei ini dilakukan Common Sense Media, sebuah kelompok yang fokus
pada imbas penggunaan media elektronik pada anak-anak. Mereka
melibatkan 685 guru dari Sekolah Dasar swasta dan negeri di Amerika.
Kepada guru ditanyakan bagaimana kebiasaan mengakses teve, video games,
telepon seluler, media sosial, musik, dan jenis media lain berpengaruh
pada kemampuan siswa di kelas.
Ada sekitar 50 persen guru mengatakan bahwa penggunaan media elektronik
di rumah menganggu kualitas pekerjaan rumah (PR) anak-anak. “Banyak
guru berpikir siswa yang menghabiskan waktu terlalu banyak dengan media
akan tidak mempedulikan PR dan tidak siap saat di kelas,” kata survei
tersebut.
Diketahui bahwa anak usia 8-18 tahun biasanya menghabiskan waktu lebih
dari 7,5 jam sehari untuk mengakses media demi bersenang-senang. Guru
SD menyoroti vide games, teve, dan games komputer sebagai penyebab
utama masalah siswa mereka. Sementara ada juga guru yang terganggu
dengan siswa yang berkirim pesan teks atau mengakses social media di
kelas.
Para guru juga mengakui adanya imbas positif dari media hiburan di
rumah. Sebesar 63 persen guru berpendapat, media tersebut membantu
siswa menemukan informasi lebih cepat dan efisien. Bahkan 34 persen
menyatakan media tersebut meningkatkan kemampuan multitasking siswa.
“Kami tahu bahwa anak-anak kami belajar dari media yang mereka
konsumsi. Survei ini adalah pengingat lain mengenai betapa kritisnya
kondisi agar kita mulai memandu anak-anak kita agar mereka memilih
media yang baik, dan menyeimbangkan waktu mereka,” komentar James
Steyer, founder dan CEO Common Sense Media.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar